Hai keluarga, hiduplah dengan takut akan Tuhan
Nas Epistel: Kolose 3:18 – 4:1
3:18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
3:19 Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
3:20 Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
3:21 Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.
3:22 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.
3:23 Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
3:24 Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.
3:25 Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.
4:1 Hai tuan-tuan, berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu; ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga.
Nas Evangelium: Mazmur 128:1-6
128:1Nyanyian ziarah. Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!
128:2 Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!
128:3 Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!
128:4 Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN.
128:5 Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu,
128:6 dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!
Minggu ini disebut dengan septuagesima, yang artinya tujuh puluh hari menjelang kebangkitan. Persiapan yang mulai dilakukan untuk memasuki masa-masa pra-Paskah, Paskah, yang merupakan rangkaian peristiwa kebangkitan Yesus dari alam kubur.
Salah satu persiapan yang perlu dilakukan adalah yang berhubungan dengan keluarga, persisnya hubungan antara suami, isteri, dan anak-anak. Dalam artian, bagaimana masing-masing pihak memahami posisinya di tengah-tengah keluarga dengan cara bersikap yang tepat terhadap anggota keluarga lainnya.
Ep ini ditulis oleh Paulus dalam konteks kehidupan pada masa itu yang sebagian tentu saja sangat jauh situasinya dengan masa sekarang. Situasi yang sangat berbeda pada saat itu, namun pesan yang disampaikannya masih tetap relevan dengan situasi pada masa kini.
Dalam budaya Yahudi pada masa itu, peranan seorang isteri hampir sama sekali tidak ada harganya karena dianggap hampir sama dengan – ma’af – komoditi atau benda. Hal yang hampir sama terjadi dalam kehidupan Yunani, di mana isteri hanyalah sebagai – ma’af lagi – asesori dalam rumah tangga. Tidak ada hak bicara, dan harus patuh, tunduk mutlak terhadap suaminya. Bahkan ada tradisi yang mengatakan posisinya hampir sama seperti budak. Begitu juga posisi seorang anak terhadap orangtuanya (dalam hal ini adalah ayahnya), sangat tergantung pada sikap dan tindakan orangtuanya tersebut. Seorang ayah punya hak mutlak terhadap anaknya, bahkan yang berujung pada kematian! Jujur saja, meskipun terjadinya pada masa lalu, namun menurutku sikap seperti itu masih juga terjadi belakangan hari ini … Duduklah di depan televisi dan tontonlah berbagai program teve yang menamakan dirinya sebagai reality show (dengan berbagai kemasan sehingga aku pun sulit membedakan dan mengingat stasiun teve mana yang menayangkan program tersebut …), situasi tersebut di atas seakan-akan dihadirkan-kembali dalam kehidupan kini dan di sini …
Nah, Ep Minggu ini memesankan bahwa hubungan dalam keluarga adalah bersifat tanggung jawab, bukan lagi kekuasaan. Yaitu bertanggung jawab terhadap posisinya masing-masing dan memainkan peran sesuai dengan tanggung jawab yang diemban masing-masing. Yng kuat melindungi yang lemah, yang lembut memberikan kehangatan, jadi saling mendukung satu sama lain dan menjadi pelayan (= ”hamba”) satu sama lain. Dan semua itu dilaksanakan dengan bersikap seakan-akan sedang berhadapan dengan Kristus yang jadi panutan. Dan pada akhirnya, semua itu akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan yang telah menetapkan masing-masing orang pada peran yang harus dijalankannya.
Nyanyian ziarah Mazmur yang menjadi Ev Minggu ini memberikan kekuatan tentang upah yang akan didapatkan oleh keluarga yang menjalankan peranan sebagaimana yang disampaikan oleh Ep di atas. Dengan takut akan Tuhan dalam menjalankan fungsi dalam keluarga, maka damai sejahtera adalah upah yang dijanjikan dan upah yang pantas diterima oleh masing-masing orang dan masing-masing keluarga.
Tantangan/Bekal untuk (Warga) Jemaat/Referensi
KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga dan tuntutan keras atas arogansi di tempat pekerjaan, adalah hal yang makin sering terdengar dalam kehidupan belakangan hari ini. Banyak faktor yang bisa dituding sebagai penyebabnya, namun jika kita kembali kepada prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Paulus sebagaimana tertulis dalam Ep Minggu ini, aku yakin hel yang tidak patut tersebut tidak akan terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen. Ironisnya, dalam pemberitaan termutakhir hampir selalu melibatkan orang-orang Kristen di dalamnya sebagai pelaku dan ataupun korban. Menyedihkan sekali!
Fenomena ini seharusnya menjadi tantangan yang mengarahkan kita semua untuk kembali kepada ajaran kekristenan yang sebenarnya sudah ”mengantisipasi” hal ini pada abad-abad yang lalu. Kembali kepada peran, menjalankannya dengan sikap takut akan Tuhan, sambil berharap upah yang dijanjikan-Nya, itulah yang coba diingatkan-kembali oleh nas perikop Minggu ini.