Evangelium Amsal 4:18-27
4:18Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari. 4:19Jalan orang fasik itu seperti kegelapan; mereka tidak tahu apa yang menyebabkan mereka tersandung. 4:20Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; 4:21janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. 4:22Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka. 4:23Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. 4:24Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu. 4:25Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka. 4:26Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. 4:27Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.
Epistel Galatia 1:11-18
Bagaimana Paulus menjadi rasul
1:11Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. 1:12Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. 1:13Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. 1:14Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku. 1:15Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 1:16berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; 1:17juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. 1:18Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya.
“Jagalah hati, jangan kau nodai …”, demikian selarik syair yang pernah dipopulerkan oleh AA Gymnastiar, seorang muslim pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhid di Bandung. Masa itu banyak yang mengagumi AA Gym dengan ajarannya tentang kebaikan, kelemahlembutan, dan kedamaian, bahkan dalam beberapa pertemuan/persekutuan doa, orang-orang Kristen turut mendoakan AA Gym supaya semakin dipakai oleh Tuhan sebagai alat-Nya. Beberapa tahun semuanya sirna, dimulai ketika AA Gym menikah lagi sehingga banyak ditinggalkan oleh umat yang sebelumnya sangat mengaguminya. Bisnis sampingannya berupa penerbitan buku-buku agama, CD, VCD/DVD, asesoris, radio dan televisi menjadi anjlok karena menjadi orang yang tidak disukai dan bertentangan dengan apa yang didengung-dengungkannya sebelumnya untuk menjaga hati yang akhirnya malah melukai hati banyak orang.
Politik kontemporer yang menjual agama (istilahnya menjual ayat dan mayat ketika Pilkada DKI dengan tujuan utama menjatuhkan petahana Ahok Basuki Tjahaja Purnama yang Kristen dengan tuduhan penistaan agama Islam) semakin mengukuhkannya untuk tidak lagi disukai oleh orang-orang Kristen. Termasuk aku yang dulu pernah berkunjung ke sentra bisnisnya manakala masih bertugas di Bandung.
Demikianlah pesan yang disampaikan oleh nas Ev kita minggu ini. Hati memancarkan kehidupan dan sekaligus juga kematian. Bergantung bagaimana kita menjaga hati kita, apakah diisi dengan terang yang bercahaya atau sebaliknya gelap gulita. Hatilah yang mengendalikan hidup kita, mengatur pikiran dan langkah mau diayun ke mana, mengarahkan pandangan mata untuk selalu ke depan, bibir yang hanya mengeluarkan ucapan yang baik dan penuh berkat, dan hidup lurus alias tidak serong ke kiri atau ke kanan.
Hidup lurus dan terang itu jugalah yang disampaikan Paulus kepada warga jemaat yang ada di Galatia. Mereka menyangsikan Paulus (karena mengingat riwayat masa lalunya yang menganiaya dan membunuh orang Kristen) dan ajaran Injil yang disampaikannya yang berbeda dengan pengajaran yang mereka terima selama ini tentang Taurat yang penuh dengan kekakuan dan ancaman. Sangat berbeda dengan Injil Kristus yang berisi kasih karunia, anugerah, perdamaian dan keselamatan bagi orang percaya.
Paulus menegaskan kepada para pendengarnya bahwa latar belakangnya selain menjadi penganiaya orang-orang Kristen, dia adalah orang yang pintar dan sales menurut ukuran Yahudi. Dan Yesus sendirilah yang menangkapnya untuk menjadikannya sebagai rasul yang harus memberitakan Injil yang juga langsung didapatnya melalui penyataan Yesus secara langsung melalui penglihatan dengan kesadaran penuh. Dengan demikian, ia berhak mengklaim bahwa Injil murni yang disampaikannya bukan pengajaran dari manusia seperti orang lain. Bahkan tidak setitik pun yang berasal dari rasul-rasul terdahulu. Walau dia pernah berkunjung ke rasul Petrus (= Kefas) itu bukanlah meminta restu, nasehat, atau pengajaran tentang Injil karena apa yang didapatnya dari Yesus sudah sangat memadai dan penuh kuasa untuk penyebaran Injil tersebut ke tempat-tempat lain. Bahkan sampai ke Arab, sekaligus untuk berefleksi sejenak dalam kesendirian dari keriuhan jemaat yang gemar mengganggu pelayanannya.
Kerasulan Paulus sudah ditetapkan bahkan sejak dia masih berada dalam kandungan ibunya, seperti nabi Yeremia. Jalan hidupnya yang kemudian membawanya harus melalui proses yang kontroversial. Namun pada akhirnya kehendak Tuhan sajalah yang dinyatakan dalam dirinya, Paulus menjadi rasul terbesar yang pernah ada dalam sejarah pekabaran Injil di muka bumi ini.
Tantangan/Bekal Bagi (Warga) Jemaat/Referensi
Firman yang kita dapatkan sekarang melalui pembacaan Alkitab, mendengar dari para pelayan jemaat, dan melihat secara langsung melalui berbagai media, itu jugalah yang disampaikan Paulus kepada warga jemaat pada abad-abad yang lalu. Firman yang dulu menghidupi orang-orang percaya pada masa Paulus dan setelah kematiannya yang dilanjutkan oleh para pekabar Injil lainnya, itu jugalah yang sampai pada kita hari ini. Dan itu adalah kehidupan, karena menerangi hati kita dan mengendalikan diri kita dalam memandang, mendengar, berpikir, berujar, dan melangkah di jalan yang dikehendaki Tuhan.
Respon kita dalam menanggapi firman yang sampai kepada kita, menentukan dampak yang ditimbulkannya. Apakah menjadi terang bercahaya, atau sebaliknya menjadi redup bahkan gelap gulita. Menjadi sesat, tersesat, dan menyesatkan.
Masih banyak orang yang belum mendengar Injil. Ada yang sudah mendengar, namun “sekadarnya” alias belum menghidupinya, karena firman itu belum berada dalam dirinya. Tidak selalu jauh, mungkin saja orang yang dekat dengan kita, di sekeliling kita.
Dari segi jumlah, kita adalah kaum minoritas di NKRI ini. Bukan melihatnya dengan pesimis, sebaliknya kita harus melihatnya sebagai peluang untuk menginjili mereka. Tidak harus selalu dengan berkhotbah, mengajak mereka ikut kebaktian, ke gereja, pemuridan. Bukan! Tidak harus selalu dengan itu. Menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari di mana sekeliling kita mampu melihat kita berbeda dan sekaligus mengarahkan mereka kepada pemahaman karena itu didorong oleh keimanan kita Kristus melalui perbuatan baik yang tulus, sudah mampu membuat malaikat di sorga bersorak-sorak memuliakan Tuhan.
Bukan begitu, kawan-kawanku sesama orang percaya?
Pertanyaan untuk Diskusi
Beberapa hal yang patut kita pertanyakan:
- Sebagaimana Yeremia dan Paulus yang sudah diskenariokan menjadi nabi atau rasul sejak dalam kandungan, bagaimana dengan kita sekarang ini? Bagaimana kita tahu bahwa kita juga sudah direncanakan Tuhan sebagai penyampai kabar baik bagi orang-orang di sekitar kita?
- Apa yang dilakukan Paulus dalam menangani tantangan dan tentangan yang dihadapinya dalam pemberitaan Injil? Utamanya dengan mengingat masa lalunya yang sangat kelam.
- Jika Paulus “di-delete” Tuhan segalama masa lalunya yang kelam dengan penampakan Yesus di jalan menuju Damaskus, bagaimana dengan kita? Proses seperti yang dialami Paulus pastilah sangat kecil kemungkinannya untuk juga dialami pada masa kini, sementara tantangan dan tentangan kemungkinan lebih berat daripada masa lalu.