Andaliman-19 Khotbah 03 Mei 2009 Minggu Jubilate

jubilate-240409

Pujilah Tuhan dengan sorak-sorai, karena hanya Dia-lah pengharapan bagi kita!

 

Nas Epistel: 1 Tesalonika 2:13-20

Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi–dan memang sungguh-sungguh demikian–sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya. Sebab kamu, saudara-saudara, telah menjadi penurut jemaat-jemaat Allah di Yudea, jemaat-jemaat di dalam Kristus Yesus, karena kamu juga telah menderita dari teman-teman sebangsamu segala sesuatu yang mereka derita dari orang-orang Yahudi. Bahkan orang-orang Yahudi itu telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi dan telah menganiaya kami. Apa yang berkenan kepada Allah tidak mereka pedulikan dan semua manusia mereka musuhi, karena mereka mau menghalang-halangi kami memberitakan firman kepada bangsa-bangsa lain untuk keselamatan mereka. Demikianlah mereka terus-menerus menambah dosa mereka sampai genap jumlahnya dan sekarang murka telah menimpa mereka sepenuh-penuhnya. Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu. Sebab kami telah berniat untuk datang kepada kamu–aku, Paulus, malahan lebih dari sekali–,tetapi Iblis telah mencegah kami. Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami.

 

Nas Evangelium: Yeremia 31:7-14

Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari! Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku. Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya. Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana. Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka. Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

 

Minggu ini diberi nama Jubilate yang artinya “bersorak-soraklah bagi Allah, hai seluruh bumi”, yang dikutip dari Mazmur 66:1. Dengan mudah aku memahami bahwa sukacita (yang memang menjadi ciri utama orang Kristen) mendapatkan penekanan dalam perikop, Ev dan Ep.

 

Pada Ep, Paulus menguatkan hati orang-orang Kristen di Tesalonika yang menerima banyak perlakuan tidak menyenangkan dari lingkungannya (mayoritas orang Yahudi) sebagai konsekuensi dalam mengikuti Kristus. Orang-orang Yahudi merasa terancam dengan ajaran yang baru, sehingga ada kekuatiran bahwa adat istiadat akan segera ditinggalkan oleh orang-orang yang telah menjadi Kristen. Ini jugalah yang seringkali dialami oleh orang-orang Kristen zaman sekarang. Atau sebaliknya? Karena ada juga sebagian orang menggunakan kekristenan sebagai alasan untuk meninggalkan adat istiadat, bukan? Bagiku, tentang hal ini, yang penting adalah apa yang dikatakan oleh Alkitab, karena pastilah Tuhan juga menciptakan kebudayaan sebagai salah satu kekayaan untuk memuliakan-Nya. Kalau memang bertentangan dengan firman, jangankan budaya, ajaran yang mengaku-aku kekristenan pun pastilah aku sisihkan.

 

Jika pada Ep orang Yahudi menjadi penghambat pertumbuhan kekristenan di jemaat, pada Ev diceritakan tentang seruan Yeremia pada bangsa Israel untuk menjadikan Tuhan sebagai pengharapan. Kesesakan yang dialami oleh mereka dalam pembuangan, akan berganti menjadi sukacita karena kasih setia Tuhan yang akan mengumpulkan mereka kembali ke tanah airnya dan menjadi suatu bangsa yang diberkati.

 

Hal menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya pengharapan dalam setiap kesulitan, itulah yang menghubungkan antara kedua perikop Ep dan Ev ini. Bersorak-sorailah dalam kesusahanmu, bersandarlah pada Tuhan, karena hanya Dia-lah yang pantas dijadikan pengharapan. Dan kemuliaan telah disiapkan-Nya bagi orang-orang yang percaya. Adakah yang lebih luar biasa daripada itu? 

 

Tantangan/Bekal untuk (Warga) Jemaat/Referensi

Jika mau dianalogikan, hidup kita ini sebenarnya kadangkala tidak jauh berbeda dengan kehidupan yang dialami oleh bangsa Israel di pembuangan. Pun kehidupan orang-orang Kristen yang menjadi jemaat di Korintus sebagaimana yang dicatat dalam Alkitab yang menjadi perikop Minggu ini. Kesulitan hidup (baik secara ekonomis, fisik, dan ataupun psikologis) yang kita alamai saat ini, adalah juga terjadi pada masa itu. Inilah sebagai bukti bahwa kehidupan memang selalu mempunyai persamaan, meskipun dalam zaman yang bertautan sangat jauh dimensi waktunya.

 

Satu hal yang mampu membuat kita tetap bertahan adalah pengharapan bahwa Tuhan tidak akan pernah melupakan kita. Dalam segala situasi kita diminta untuk selalu bersukacita. Sesuatu yang aneh, memang. Bagaimana mungkin mampu bersukacita di saat kita seharusnya menangis? Itulah iman orang Kristen. Segala sesuatu harus dilihat bahwa Tuhan turut campur dalam setiap perkara yang sedang kita hadapi. Dan pemeliharaan-Nya nyata bagi setiap orang yang menyandarkan diri kepada-Nya.

 

Sebagai pelayan jemaat, sukacita bisa kita dapatkan dengan menyampaikan firman Allah sebagai kabar sukacita kepada warga jemaat. Luka pada orang yang patah hati dapat  disembuhkan dengan mengetahui kehendak Allah yang disampaikan melalui firman.

 

Jika sedang terluka, teraniaya, putus asa, dalam kesukaran yang sangat berat, cobalah datang kepada Tuhan. Ingat kepada-Nya dan bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan sampai saat ini. Banyak orang bijak yang mengatakan bahwa sukacita dan kebahagiaan dalam hidup sebagian besar ditentukan bagaimana kita memandang kehidupan sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Hitunglah berkat yang sudah kita terima, jangan hanya melihat hidup yang cenderung makin sulit. Layaknya bunga mawar, lebih baik melihat kuntum bunganya yang merekah dengan semerbak mewangi daripada mengeluhkan duri-durinya yang sangat banyak yang seringkali membuat kita terluka …

 

Datanglah pada Tuhan dengan sorak-sorai luapan perasaan kegembiraan. Di sana tersedia kelegaan. Bukan pada yang lain, yang hanya bisa sesaat dan … sesat!

2 comments on “Andaliman-19 Khotbah 03 Mei 2009 Minggu Jubilate

  1. Ping-balik: Bersorak-sorai di Tengah Pandemi Korona! Koq Bisa? | tanobato

Tinggalkan komentar