Andaliman-22 Khotbah 24 Mei 2009 Minggu Exaudi

Exaudi

Tuhan mendengarkan do’a yang sungguh-sungguh

Nas Epistel: Matius 9: 27 – 31

Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya.” Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “Jadilah kepadamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-Nya: “Jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu.

Nas Evangelium: 2 Raja 20: 1 – 7

Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: “Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.” Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: “Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu.” Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: “Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku.” Kemudian berkatalah Yesaya: “Ambillah sebuah kue ara!” Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia.

“Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!”, firman tersebut dikutip dari Mazmur 27:7 yang menjadi dasar firman dalam Minggu ini yang diberi nama Exaudi.

Kedua perikop Minggu ini mengisahkan tentang kesembuhan yang datangnya dari Tuhan. Ep tentang Yesus menyembuhkan orang buta, dan Ev tentang nabi Hizkia yang disembuhkan dari penyakit dan ajalnya yang sudah sangat dekat. Penderitaan diubahkan menjadi sukacita. Yang buta, matanya dicelikkan sehingga dapat melihat. Yang sekarat, disembuhkan dan malah diperpanjang umurnya 15 tahun lagi. Luar biasa?

Apa syaratnya, dan mengapa bisa begitu?

Pada Ep sangat jelas, karena kepercayaan mereka. Selain mengikuti Yesus di jalan – dengan meneriakkan Yesus sebagai Anak Daud, suatu gelar terhormat dan tinggi dalam budaya Yahudi – mereka juga ikut memasuki rumah tempat Yesus bertemu dengan para pengikut-Nya. Terlihat kesungguhan mereka dan kepercayaan mereka tentang kemampuan Yesus. Jawaban mereka mengonfirmasi pertanyaan Yesus tentang kemampuan-Nya dalam menyembuhkan mereka yang buta. Kepercayaan tersebutlah yang menjadi penghubung antara manusia dengan sang juru selamat.   

Yesus mengigatkan mereka untuk tidak memberitahu siapapun tentang kesembuhan tersebut, untuk mencegah jangan sampai kesembuhan tersebut diberitakan sebagai kedatangan Mesias, sesuatu yang sering disalahartikan sebagai Yesus yang akan memerangi bangsa Romawi yang sedang menjajah bangsa Israel. Namun sukacita mereka lebih mendorong mereka untuk menyiarkan berita kesembuhan tersebut daripada merahasiakannya terhadap orang lain yang tentu saja heran atas kesembuhan tersebut.

Sesuatu yang lazim terjadi. Juga pada masa kini. Saat meminta sesuatu kepada Tuhan, aku seringkali mengemasinya dengan puji-pujian dan pengakuan betapa berkuasanya Dia dalam segala hal sehingga mampu memberikan apa yang menjadi permintaanku. Begitu dikabulkan, rasa sukacita yang meluap-luap akan mengalahkan segala sesuatunya. Pun jika di dalamnya ada kondisi-kondisi tertentu yang harus dipatuhi …

Bagaimana dengan Ev? Perikop ini ”bersinopsis” dengan Yesaya 38 yang berkisah tentang nubuat Yesaya tentang kematian Hizkia. Dengan berurai air mata, Hizkia menyampaikan permohonannya kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh dan kepercayaan yang teguh akan kemampuan Allah dalam menyembuhkan penyakitnya. Perlu diingat, bahwa nubuatan dapat terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu sehingga Allah-pun dapat mengubah rencana-Nya sesuai dengan tanggapan manusia terhadap firman-Nya. Masih ingat tentang Yunus dan kota Niniwe yang  dinubuatkan akan segera dimusnahkan, ’kan? Tuhan membatalkannya karena melihat kesungguhan bangsa tersebut dalam menunjukkan pertobatannya.

Itulah kekuatan doa. Minggu lalu membicarakan tentang doa (syafa’at) yang mampu meluluhkan hati Tuhan dari kemarahan-Nya yang berganti menjadi belas kasihan, yakni doa Musa untuk bangsa Israel agar Tuhan membatalkan rencana-Nya untuk memusnahkan bangsa Israel. Minggu ini mengisahkan do’a pribadi untuk diri sendiri yang disampaikan dengan sungguh-sungguh yang juga mampu mengubahkan rencana Tuhan. Penegasan ini sangat diperlukan oleh semua orang, termasuk aku yang masih terus bergumul dengan kerinduanku yang masih selalu aku mohonkan kepada Tuhan sampai suatu saat dikabulkan-Nya. Dan aku meyakininya bahwa Tuhan pasti akan menjawab kerinduanku tersebut. Pada saat terindah menurut Tuhan …

Tantangan/Bekal untuk (Warga) Jemaat/Referensi

Dalam setiap do’a syafaat pada setiap kebaktian yang pernah aku hadiri pasti ada permohonan kesembuhan untuk orang-orang sakit. Ini membuktikan bahwa sakit penyakit adalah sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Jangan mengira bahwa orang Kristen tidak akan pernah jatuh sakit karena mengira bahwa sakit adalah hukuman Tuhan. Tidak selalu, kawan. Tapi yang pasti, setiap penyakit adalah cara Tuhan dalam menunjukkan kemuliaan-Nya. Hal yang berlaku juga untuk setiap kejadian dalam kehidupan di dunia ini, bukan?

Perikop Minggu ini keduanya menceritakan tentang penyakit dan penderitaan. Dan keduanya disembuhkan! Kata kuncinya adalah kepercayaan. Percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan. Itulah yang seharusnya mendorong kita untuk memintanya dalam do’a yang sungguh-sungguh saat memohon kepada-Nya. Tuhan pasti mendengarkan. Tinggal kita yang harus melakukannya, selanjutnya serahkan kepada Tuhan kapan dan bagaimana Dia menunjukkan kuasa-Nya dalam menyembuhkan kita dan orang-orang yang berdo’a dan dido’akan dengan sungguh-sungguh.

1 comments on “Andaliman-22 Khotbah 24 Mei 2009 Minggu Exaudi

Tinggalkan komentar