Yesus yang Menangis. Menangislah juga Pencinta HKBP … (2): Kronologi Kasus Pelecehan Seksual di Sekolah Bibelvrouw HKBP Laguboti

 

KRONOLOGIS PELECEHAN SEKSUAL

OKNUM PDT. XXX

DI SEKOLAH BIBELVROUW HKBP

 

  1. Tanggal 18 Januari 2010 para korban mahasiswi sekolah bibelvrouw melaporkan perlakuan pelecehan seksual yang memakan korban 19 orang oleh Pdt. XXX kepada bapak Direktur sekolah bibelvrouw.Pdt. Manarias Sinaga, MTh. Berdasarkan laporan pengaduan para mahasiswi sekolah biblevrow dan para korban, pelaku melakukan pelecehan dengan cara meditasi dan cara magis yakni hipnotis kepada para korban, sehingga para korban tidak bisa melawan dan hanya menuruti perintah si pelaku yang bebas melampiaskan hawa nafsunya yang sangat bejat. Dalam setiap aksinya pelaku memberikan janji-janji dan memperingatkan para untuk tidak memberitahukan perbuatanmnya itu kepada orang lain. Jika para korban memberitahukan hal itu maka dianggapnya sebagai kesombongan rohani, sehingga korban dilarang agar jangan memberitahukan kepada siapapun hingga perbuatan bejat itu terkuak.
  2. Tanggal 19 January 2010 bapak direktur langsung mengadakan rapat kilat dengan seluruh dosen di sekolah bibelvrow di kantor sekolah bibelvrow di Laguboti; dan memperhadapkan pelaku dengan 19 korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow di aula sekolah bibelvrow.
  3. Tanggal 20 Januari 2010 berdasarkan hasil rapat tersebut maka Direktur sekolah bibelvrow mengambil tindakan. Pertama menon-aktifkan pelaku Pdt XXX sebagai pengajar dari sekolah bibelvrow; dan pada saat itu juga Direktur sekolah bibelvrow melapor ke Pearaja kepada Ephorus dan Sekjen meminta pelaku agar meninggalkan kampus sekolah bibelvrow dan pergi ke Jetun Silangit. Malam itu juga pelaku keluar dari kampus tsb membawa keluarganya.
  4. Menurut informasi dari bapak direktur sekolah bibelvrow, bahwa tanggal 25 Januari 2010 (setelah 5 hari laporan direktur sekolah bibelvrow ke Pearaja), Ephorus dan Sekjen membentuk team, dan pembentukan team ini terasa sangat lama, karena setelah 5 hari laporan dari sekolah bibelvrow diterima. Team tersebut diketuai oleh Pdt. DR. Jamilin Sirait dengan anggota-anggotanya Praeses Humbang Habinsaran Pdt. Debora Sinaga, MTh, Praeses Distrik Toba Pdt. Parulian Sibarani, Pdt. Donal Sipahutar, STh, Biv. Bunga Pola Simanjuntak. Dan menurut informasi dari bapak Direktur yang diterimanya dari Pdt. Dr. Jamilin Sirait bahwa team ini dikatakan bekerja 2 minggu terhitung sejak 25 January 2010.
  5. Tanggal 25 Januari 2010 pada malam harinya sejumlah pendeta HKBP berkunjung ke Sekolah Bibelvrow di Laguboti untuk menanyakan berita yang berkembang tidak mengenakkan tentang perilaku seorang oknum pendeta HKBP. Para pendeta tersebut adalah Pdt.Anton Pasaribu, STh, Pdt. Hotmalan Sihite, STh, Pdt. Melvin Simanjuntak, STh, MSi, Pdt. Andy Lumbangaol, STh, dan Pdt. Nekson Simanjuntak, MTh. Kedatangan mereka disambut ramah dan hangat oleh Direktur Sekolah Bibelvrow Pdt. Manarias Sinaga, MTh. Direktur membenarkan telah terjadi perilaku penyimbangan susila yang dilakukan oleh seorang oknum pendeta yang juga pengajar di situ.
  6. Tanggal 25 Januari 2010 team berjanji datang ke sekolah bibelvrow, namun ditunggu-tunggu team tidak datang. Demikian juga tanggal 26 January 2010 team juga berjanji akan datang ke sekolah bibelvrow namun ditunggu-tunggu tidak datang juga. Dan pada tanggal 26 January 2010, saya bersama Pdt. Melvin Simanjuntak dan Pdt. Andi Lumbangaol datang ke sekolah bibelvrow, kami diterima dengan baik oleh bapak direktur, para dosen dan ibu asrama. Saya juga diijinkan untuk bertemu dengan seorang korban dan mendoakannya. Saya tidak bisa bertemu dengan semua korban karena waktu itu ada beberapa orang korban yang sakit. Dan saya meminta kesaksian tertulis dari para korban melalui ibu Bib. Roslinda br. Sihombing dan saya membacanya. Sambil berbincang-bincang dengan beberapa orang adek-adek di sana, saya menerima dan mendengar informasi dari salah seorang mahasiswi yaitu Posma br. Sitorus bahwa pada hari itu dia berbicara langsung dengan bapak Pdt. Armada Sitorus. Mahasiswi tersebut menginformasikan bahwa Pdt. Armada Sitorus mengatakan kepadanya bahwa bukan hak para mahasiswi untuk membuat Surat kepada pimpinan HKBP agar Pdt. XXX dipecat dari HKBP dan dicabut tohonannya, sebab mereka masih mahasiswi. Namun si mahasiswi tetap menolak apa yang dikatakan pdt. Armada Sitorus dan tetap mengatakan bahwa metreka berhak memberikan himbauan kepada pimpinan HKBP agar si pelaku pelecehan seksual yang memakan korban 19 orang mahasiswi harus dipecat dari HKBP dan dicabut tohonannya Kemudian menurut informasi yang saya terima dan dengar dari salah seorang dosen sekolah bibelvrow Pdt. Santawaty Sirait, M Si.mendapatkan intimidasi. Ibu itu mengatakan bahwa ketika Pdt. Armada Sitorus, STh pada tanggal 26 Jenuary 2010 berbicara dengannya di salah satu ruangan kuliah di sekolah bibelvrow, Pdt. Armada Sitorus mengatakan kepada Pdt. Santawaty bahwa Bib. Sentiria mengatakan bahwa jika si XXX dipecat maka semuanya korban akan dipecat, karena jika mereka nanti sudah menjadi Bibelvrow maka pelayanan mereka juga tidak akan bagus di jemaat. Informasi ini tentu saja mau tidak mau sampai ke telinga paa mahasiswi dan korban, sebab ibu dosen Pdt. Santawaty Sirait juga adalah seorang yang membela para korban. Mendengar informasi itu maka seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow menjadi sangat marah dan mengatakan bahwa semua mereka akan meninggalkan sekolah bibelvrow jika korban diperlakukan dengan tidak adil. Pada malam harinya saya bersama Pdt. Andi Lumbangaol dan Pdt. Melvin Simanjuntak kembali ke Siantar.
  7. Tanggal 27 Januari 2010 pada jam 05.00 pagi buta seluruh mahasiswa sekolah bibelvrow melarikan diri ke tempat bibelvrow pensiun di Ebenezer Sinaksak Pematangsiantar, dengan harapan bahwa mereka akan bisa didukung untuk pergi ke Pearaja Tarutung menuntut agar si pelaku dipecat dan dicabut tohonannya dari HKBP; juga sekaligus mengadukan kejadian itu kepada Polisi di Polres Tobasa supaya si pelaku ditangkap. Di tempat itu mereka diterima dengan baik namun mereka tidak mendapatkan dukungan untuk berangkat ke Pearaja dan ke Polisi. Saya ada di Sinaksak karena dipanggil mereka, juga Pdt. Andi Lumbangaol dan Pdt. Melvin Simanjuntak. Pada tanggal yang sama, bapak direktur dan seluruh dosen sekolah bibelvrow melapor ke Pearaja karena seluruh mahasiswi sudah meninggalkan asrama akibat intimidasiyang berdar terhadap mereka yang mereka dengar Hari Selasa tanggal 26 January 2010. Dalam percakapan bapak direktur dan seluruh dosen dengan Pdt. Jamilin Sirait menurut informasi justru Pdt. Jamilin Siarit mengatakan kalau seluruh mahasiswi meninggalkan sekolah bibevrow maka lebih baik mereka dipecat saja semuanya dan dibuat lagi penerimaan mahasiswa baru. Mendengar perkataan itu maka ibu dosen Bib. Roslinda br. Sihombing (dosen sekolah bibelvrow) langsung menjawab bahwa “tidak akan ada seorangpun jemaat HKBP dan gereja lainnya yang mau mengijinkan putrinya untuk masuk sekolah bibelvrow jika pimpinan HKBP bertindak tidak adil dengan memecat semua mahasiswi dan justru melindungi si pelaku, tidak seorangpun yang mau lagi datang ke sekolah bibelvrow dan sekolah bibelvrow akan tutup”. Namun ucapan ibu Bib. Roslinda itu tidak diperdulikan Pdt.DR.Jamilin Sirait. Apakah ucapan salah seorang Pimpinan Pusat HKBP tersebut mencerminkan citra seorang gembala TUHAN yang berhati nurani atau justru sangat merusak bahkan mencemarkan citra HKBP yang sejogyanya dipelihara dengan baik dan santun? Pencitraan yang tidak baik itu dinilai para mahasiswi Bibelvrow bahwa ternyata seorang pimpinan pusat HKBP bukan untuk mencari solusi melainkan telah meletupkan api kekecewaan mereka sehingga mereka tidak lagi sungkan dan takut.
  8. Tanggal 28 Januari 2010 dengan perjuangan yang berat seluruh mahasiswi berangkat dari Sinaksak ke Peraja Tarutung dan ingin bertemu dengan Pimpinan Pusat HKBP. Kami berangkat dari Sinaksak menuju Pearaja jam 11. 00 Wib dan tiba di Peraja jam 14.15 Wib. Namun pimpinan HKBP tidak mau menerima mereka. Tak disangka setelah kami tiba di kantor Pust HKBP ternyata telah banyak wartawan media cetak dan media elektronik di sana, dan sejumlah pasukan keamanan aparat kepolisian. Akhirnya semuanya mahasiswi yang datang ke Pearaja menginap diteras kantor pusat HKBP di Pearaja beralaskan tikar dan kedinginan. Kami (saya, Pdt. Andi Lumbangaol dan Pdt. Melvin Simanjuntak) ada di sana. Kemudian beberapa pendeta HKBP yang terlihat; yakni Pdt.Hotmalan Sihite, Pdt.Anton Pasaribu, Pdt.Bintahan Harianja, STh, dan Pdt. Jusden Sinaga, STh, dan Pdt. Thomson Sinaga turut memberikan rasa empati dan dukungan moral dengan ikut serta berjaga malam pada saat itu. Pada malam itu juga jam 21.30 wib 4 orang korban berangkat ke Polres Tobasa di Porsea mengadukan peristiwa yang mereka alami.
  9. Kemudian saya Pdt. DR. Dewi Sri Sinaga berangkat bersama mereka (4 orang korban) dan mendampingi mereka selama proses BAP (Berita Acara Perkara) mulai jam 22.30 wib hingga tanggal 29 Januari jam 03.00 pagi subuh BAP selesai. Perlu diketahui bahwa sejak kami tiba di Polres Tobasa sampai BAP selesai kami dilayani dengan sangat baik oleh bapak Kapolres dan staffnya. Kami berangkat dari Porsea pada jam 03.00 pagi dan tiba di Pearaja jam 05.30 subuh bergabung dengan seluruh mahasisiwi yang masih di Peraja. Kami tidak tidur sama sekali. Kami diantar oleh Pdt. Jusden Sinaga ketika berangkat ke Polres Tobasa dan kembali lagi ke Pearaja.
  10. Tanggal 29 January 2010 seluruh mahasiswi tetap berharap dan menunggu agar pimpinan mau menerima mereka. Namun sampai jam 13.00 wib tidak seorangpun pimpinan yang mau menerima mahasiswi. Justru bapak Kapolres Taputlah yang menerima mahasiswi dan memberangkatkan kami pulang ke Laguboti dengan kekuatan doa agar si pelaku segera ditangkap. Para mahasiswi melihat dan mengatakan bahwa bapak Kapolres Taputlah yang berhati gembala dan bukan ephorus dan sekjen HKBP dan 3 pimpinan HKBP lainnya, mereka tidak berhati gembala sedikitpun, tetapi justru bapak Kapolreslah yang berhati gembala yang mau mendengarkan jeritan para korban pelecean seksual dan seluruh mahasiswi.. Kami berangkat dari Pearaja jam 13.00 wib dan tiba di Laguboti jam 15.30 wib. Pada pukul 16.00 wib (30 menit kemudian) bapak Kapolres Tobasa beserta jajarannya langsung tiba di sekolah bibelvrow dan membuat olah TKP (Tempat Kejadian Perkara). Saat itu juga BAP dilanjutkan untuk korban yang lain mulai jam 16.00 wib sampai dengan Sabtu jam 04.00 pagi subuh di kantor sekolah bibelvrow. Para bapak polisi sangat baik melayani seluruh korban membuat BAP. Seluruh dosen dan bapak direktur sangat berterimakasih kepada pelayanan dari Polres Tobasa yaitu bapak Musa Tampubolon yang juga kata para mahasiswi benar-benar sangat berhati gembala. Pada hari ini juga bapak Polisi dari Polres Tobasa membawa korban yang paling parah untuk divisum di Rumah Sakit Balige. Dan hasil Visum keluar pada hari itu juga dan ada di tangan bapak polisi Polres Tobasa. Pada malam itu juga para pemerhati dari Jakarta bapak Pdt. Anson Tambunan, STh dan ibu dan partohonan dari berbagai tempat yang prihatin terhadap korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow datang berkunjung ke kampus sekolah bibelvrow.
  11. Pemerikasaan BAP kembali dilanjutkan tanggal 1 February hingga tanggal 3 Febuary 2010. Surat Tanda penerimaan Laporan No: STPL/ 21/ I/ 2010/TBS. Dan pada tangggal 3 February 2010 Surat panggilan dilayangkan oleh Polres Tobasa diantar langsung kepada Ephorus HKBP di Pearaja agar si pelaku diperintahkan menyerahkan diri ke Polres Tobasa paling lama Jumat 5 February 2010. Tembusan Surat panggilan juga diberikan langsung oleh polisi kepada si pelaku di Jetun Silangit sebagai tersangka pelaku pelecehan seksual terhadap 19 korban mahasiswi bibelvrow. Pada hari yang sama sampai tanggal 3 February bapak Jose T.P. Silitonga, SH  seorang pengacara sekaligus pemerhati terhadap korban juga datang dari Jakarta untuk memberikan kekuatan dan pendampingan kepada para korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow. Kehadiran beliau sangat berarti bagi korban dan bagi semuanya mahasiswi sekolah bibelvrow dan juga bagi pimpinan dan para dosen di sekolah bibelvrow, karena beliau memiliki hati seorang gembala (menurut pengakuan adek-adek di sekolah bibelvrow).
  12. Tanggal 3 February 2010 pada siang hari Pdt. Jamilin Sirait, Praeses Toba Pdt.Parulian Sibarani, Pdt. Donal Sipahutar dan Pdt. Freddy Tinambunan datang ke sekolah biblevrow bertemu dengan seluruh korban dan mahasiswi, namun kedatangan mereka tidak memberikan solusi apapun. Karena kalimat-kalimat yang dilontarkan di dalam pertemuan terhadap seluruh mahasiswi sepertinya tidak memihak kepada korban tetapi memihak kepada si pelaku. Bahkan menurut informasi dari para mahasiswi mereka duianggap seperti orang bodoh, dan karena sikap itu akhirnya membuat seluruh mahasiswi menyoraki mereka. Para mahasiswi justru meminta kepastian tanggal yaitu kapan rapat pendeta distrik Toba untuk memperoses pemecatan si pelaku dari HKBP dan pencabutan tohonannya sebagai pendeta. Namun pertanyaan tentang kapan kepastian tanggal rapat pendeta distrik yang ditanyakan oleh mahasiswi tidak ditanggapi. Pada hari yang sama bapak Pdt. W.T.P. Simarmata, MA sebagai Ketua Rapat pendeta (KRP) pada pagi hari jam 07.30 – 09.00 WIB juga datang ke Sekolah bibelvrow untuk memberikan penguatan terhadap para korban dan seluruh mahasiswi dengan harapan bahwa kasus ini harus diselesaikan sampai tuntas. Menurut adek-adek sekolah bibelvrow, kedatangan KRP menjumpai mereka juga memberikan kepada mereka kekuatan dari seorang hamba Tuhan yang mau melihat dan memahami perasaan mereka yang sangat terluka.
  13. Tanggal 4 February 2010 Pdt. DR. Jamilin Sirait kembali datang bersama Praeses Humbang Habinsaran Pdt. Debora Sinaga, Praeses Toba Parulian Sibarani, Pdt. Donal Sipahutar dan Biv. Bunga Pola Simanjuntak. Kedatangan mereka meminta bertemu langsung dengan korban, dan diijinkan bapak Direktur sekolah Bibelvrow. Lalu korban dibagi dalam 2 ruangan didampingi dosen mereka setiap ruangan 2 dosen perempuan sekolah bibel dan tiap ruangan didampingi 1 orang senat mahasisiwi. Dalam pertemuan itu menurut laporan senat mahasiswi bahwa Pdt Debora Sinaga dan Bunga Pola Simanjuntak tidak menunjukkan sikap yang membela korban, tetapi justru sepertinya menyudutkan korban, dan tidak ada menunjukkan agar ada tindakan sangsi kepada pelaku sesuai norma gereja HKBP. Mendengar hal itu maka seluruh mahasiswi sangat marah, dan mereka semua langsung membawa poster-poster melakukan unjuk rasa terhadap team yang datang yang tidak memberikan solusi apapun, namun justru seperti mengintimidasi korban, sebagaimana informasi yang saya terima dari korban yang diwawancarai. Kedatangan team tidak membawa hasil apapun. Dan justru menurut informasi dari senat mahasiswi ketika unjuk rasa saat itu, Praeses Toba mengatakan bahwa mereka akan bekerja lagi 2 minggu sejak tanggal 4 Februari. Dengan mengulur-ulur waktu terbukti bahwa kelihatan tidak ada niat baik pimpinan HKBP untuk memecat dan mencabut tohonan kependetaan si pelaku dari HKBP. Kenapa pelaku begitu sangat penting bagi HKBP sehingga sangat sulit untuk memberi sangsi kepadanya? Ada apa semua itu?
  14. Tanggal 5 February 2010 si pelaku datang menyerahkan diri ke polres Tobasa dan sampai sekarang ditahan di sel Polres Tobasa. Proses Hukum berjalan dengan sangat baik, apalagi karena negara kita adalah negara hukum. Maka diharapkan tidak seorangpun yang takut untuk mengatakan kebenaran dan keadilan, apalagi para bapak polisi di Polres Tobasa yang dipimpin oleh bapak Kapolres Tobasa bapak Musa Tampubolon beserta seluruh jarannya sungguh-sungguh melindungi korban dan akan menindak si pelaku sesuai dengan hukum yang berlaku di negara ini. Diharapkan semua jemaat mendukung dan mendoakan proses hukum yang sedang berjalan dan tidak boleh seorang pun yang berusaha untuk menghalang-halangi proses hukum pidana yang sedang berjalan, karena negara kita adalah negara hukum. Ketentuan hukum di negara kita mengatakan barangsiapa yang mengintimidasi korban pelecehan seksual dan melindungi si pelaku sama dengan telah melindungi tindakan kriminal dan menghalang-halangi penegakan hukum, maka ada KUHP yang mengatakan bahwa orang-orang tsb bisa dilaporkan ke Polisi dan dikenakan hukuman karena membuat persekongkolan dengan pelaku tindak kriminal.
  15. Seluruh mahasiswi bibelvrow, seluruh jajaran pengajar sekolah bibelvrow dan Direktur Sekolah Bibelvrow tetap berprinsip bahwa si pelaku harus dipecat dan dicabut tohonan kependetaannya dari HKBP. Tidak cukup si pelaku hanya ditangkap dan dipenjarakan sesuai dengan proses hukum yang berlaku di negara ini, tetapi si pelaku juga harus dipecat dan dicabut tohonannya dari HKBP sesuai proses hukum gereja yang berlaku di HKBP. Inilah yang menjadi penantian panjang perjuangan keadilan dan kebenaran para mahasiswi Bibelvrow HKBP. Sampai saat ini Pimpinan Pusat HKBP tidak mengambil tindakan apapun terhadap pelaku. Hanya Sekjen HKBP yang mengeluarkan surat persetujuan atas tindakan yang sudah diambil oleh Direktur Sekolah Bibelvrow. Lagi-lagi jemaat dibuat kecewa karena keadilan tidak ada sama sekali.
  16. Oleh sebab itulah maka mahasiswa/i STT-HKBP yang prihatin dengan keadaan ini berusaha menjumpai pimpinan HKBP yang pada tanggal 6 February 2010 datang ke HKBP Martoba, yaitu Sekjen HKBP Pdt Ramlan Hutahaean, MTh. Mahasiswa/i datang ke HKBP Martoba bukan mau mendemo jemaat tetapi melakukan aksi damai terhadap Sekjen HKBP. Apakah karena dongan tubu-nya maka Pdt Ramlan Hutahaean melindungi si pelaku? Atau ada apa di balik semuanya itu? Keprihatinan mahasiwa STT HKBP sebagai bentuk refleksi kritis terhadap kebijakan Pimpinan Pusat HKBP yang belum bertindak juga, malah telah beberapa kali sepertinya mengintimidasi para korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow. Bersamaan dengan itu pula patut dipertanyakan kenapa Praeses Distrik Toba Pdt Parulian Sibarani tidak berusaha untuk memanggil para pendeta yang ada di distrik Toba dan melaksanakan rapat pendeta Distrik Toba untuk memproses pemecatan si pelaku dari Pdt HKBP dan mencabut tohonannya sesuai dengan RPP dan AP HKBP?  Sesuai ketentuan hukum gereja HKBP, apalagi oknum pendeta berbuat asusila dan menyimpang dari ajaran gereja dengan memakai cara magis hipnotis yang dilarang gereja maka rekan pendeta di distrik itulah yang manimbangi oknum tersebut sesuai dengan tingkat kesalahannya. Karena fakta dan peristiwa di Sekolah Bibelvrow Laguboti sangat mencemarkan citra HKBP dan telah menimbulkan tingkat keresahan yang meluas kepada jemaat-jemaat HKBP maka sudah sepatutnya Praeses HKBP Distrik Toba mengundang Rapat Pendeta HKBP, yang dihadiri Ketua Rapat Pendeta untuk memberi penilaian tingkat kesalahan dan hukuman penggembalaan yang patut diterimanya. Namun ternyata sampai kini belum juga tampak keinginan dan kebijakan yang benar atas kasus itu? Apa sebanarnya yang membuat Pimpinan Pusat HKBP dan Praeses HKBP Distrik Toba enggan bahkan terkesan tidak punya nyali untuk menangani pergumulan hebat tersebut? Bukankah HKBP memiliki perangkat hukum dan disiplin gereja yang cukup memadai terhadap perilaku asusila atau ketentuan hukum gereja tersebut hanya berlaku kepada para sintua dan warga jemaat? Banyak jemaat sekarang mulai berkomentar kenapa kalau jemaat salah sedikit saja lalu langsung dikenakan di-ban alias kena RPP (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon), dipecat dari HKBP bahkan sampai dikeluarkan? Lalu kenapa kalau Pendeta melakukan pelecehan seksual melakukan perbuatan bejat tidak dikenakan RPP dan tidak dipecat dari HKBP??? Apakah RPP HKBP hanya berlaku kepada jemaat saja?? Kalau seperti itu maka 10 tahun lagi HKBP akan tutup, karena semua jemaat tidak akan pernah percaya lagi kepada para pendeta yang hanya berkhotbah tetapi tidak melakukan apa yang dikhotbahkannya, jemaat akan meninggalkan HKBP karena bahkan kebejatan moral akan semakin bertambah-tambah di HKBP jika si pelaku tidak dipecat dan dicabut tohonan kependetaannya.
  17. Hal yang paling aneh dan penuh pertanyaan adalah para pimpinan HKBP membuat kalimat di surat kabar, terutama Sekjen Pdt Ramlan selalu berkata “harus sabar dan ada proses”, di mana kalimat ini hanya mau meninabobokan para korban dan seluruh jemaat dengan berusaha menutup-nutupi kasus ini supaya kasus ini tidak sipersoalkan oleh korban dan seluruh mahasiswi dan jemaat HKBP. Berapa lama proses yang tidak jelas akan ditunggu warga jemaat kita, hai Sekjen HKBP dan Kadep Koinonia? Kalau boru kandung kalian melapor kepada kalian karena mereka diperkosa oknum pendeta bejat, apakah kalian akan berkata “tunggulah proses dulu, 2 minggu lagi, atau 1 bulan lagi atau 3 bulan lagi baru lapor polisi dan baru pelakunya dipecat dan dicabut tohonannya? Kalian akan mengamankan oknum pelaku atau membela keadilan bagi boru kalian? Di mana hati nuranimu dan rasa takutmu akan Tuhan, hai Pdt Ramlan dan Pdt Jamilin???
  18. Kami semakin menjerit meminta pertolongan karena sampai sekarang ini para korban, terutama korban yang paling parah mengalami diintimidasi oleh pendeta resort dimana keluarga korban berada. Menurut informasi bahkan ompung si korban yang paling parah dipengaruhi/dibujuk oleh Pdt. Resortnya agar ompung si korban membujuk korban agar menarik pengaduannya dari polisi. Hal ini terjadi pada tanggal 6 February 2010 terhadap keluarga korban yang paling parah. Ada orang-orang yang menyudutkan korban dengan menyebarkan berita bahwa 18 korban sudah menarik pengaduan mereka kepada polisi, sehingga korban yang paling parah dibujuk agar mau menarik pengaduannya. Namun setelah ditelepon langsung ke Polres Tobasa, ternyata diperoleh informasi bahwa tidak seorangpun korban yang menarik pengaduannya dari Polres Tobasa. Itu berarti ada orang-orang yang mau mempengaruhi dan mengintimidasi agar para korban menarik pengaduannya dari polisi. Intimidasi dan cara-cara untuk mempengaruhi korban agar menarik pengaduannya kepada polisi merupakan tindakan yang menghalang-halangi penegakan hukum, dan orang-orang tersebut bisa saja akan berhadapan dengan polisi karena melanggar hukum. Oleh sebab itu meskipun ada intimidasi, semuanya korban tetap pada prinsip bahwa mereka tidak akan pernah menarik pengaduan mereka dari polisi sebab apa yang mereka alami adalah benar, dan hukum di negara ini harus berjalan dengan baik. Siapakah pendeta resort yang tega melakukan intimidasi secara halus itu?? Apakah mereka tidak memiliki hati nurani, tidak memiliki rasa takut akan Tuhan?? Dan apakah mereka tidak memiliki saudari perempuan atau ito perempuan dan tidak memiliki ibu?? Apakah mereka tidak memiliki boru atau putri?? Bagaimana jika saudari atau ito atau putri mereka mengalami pelecehan seksual atau diperkosa oleh oknum laki-laki bejat atau oleh oknum pendeta yang bejat?? Apakah mereka akan diam saja dan tidak akan melapor kepada Polisi??? Benar-benar sangat memalukan sikap pendeta resort yang mengintimidasi para korban. Jika intmidasi masih terus berlangsung maka kami akan melaporkan orang-orang yang mengintimidasi para korban. Berhati-hatilah karena Tuhan akan murka terhadap orang-orang yang mengintimidasi para korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow.
  19. Juga menurut informasi dari sekolah bibelvrow, Kamis 11 February 2010, Pdt. Debora Sinaga dan Bib. Bunga Pola Simanjuntak datang lagi ke sekolah bibelvrow dengan tujuan katanya mencari fakta yang lebih kuat. Kedatangan mereka diterima dengan baik oleh bapak direktur dan para dosen sekolah bibelvrow. Menurut informasi dari adek-adek bahwa pertemuan diadakan di aula dengan seluruh mahasiswi. Dalam pertemuannya dengan seluruh mahasiswi justru Pdt. Debora meminta para korban agar mau menambah-nambahi kesaksian mereka dengan tujuan untuk memperkuat kesaksian para korban. Mendengar perkataan itu maka para korban sangat marah dengan mengatakan bahwa kesaksian yang sudah mereka tuliskan dan laporkan kepada polisi itulah yang benar, tidak perlu ditambah-tambahi dan tidak perlu dikurang-kurangi. Menurut mereka kedatangan team itu tidak memberikan solusi tetapi justru semakin membingungkan para korban dan seluruh mahasiswi, karena di dalamnya terkandung intimidasi yang halus.
  20. Statement: Supaya preses distrik Toba segera secepatnya membuat rapat distrik dan harus mengundang KRP (Ketua Rapat Pendeta) dan seluruh pendeta yang ada di distrik Toba  untuk manimbangi dan memecat Pdt XXX dari pendeta HKBP dan mencabut tohonannya sebagai pendeta. Dan supaya ephorus dan sekjen dan Pdt. Jamilin Sirait dan seluruh praeses mendukung diadakannya Rapat Pendeta Distrik Toba, dan jangan seorangpun yang menghalang-halangi diadakannya rapat pendeta distrik Toba oleh Praeses Toba Pdt Parulian Sibarani. Seluruh jemaat HKBP perlu mengetahui semua kejadian ini dan menimbang di dalam hati dan imannya yang murni kepada Yesus Kristus, apakah seorang Pdt pelaku pelecehan seksual patut dipelihara di HKBP? Hendaknya supaya semua jemaat HKBP bertindak untuk mendesak diadakannya rapat distrik toba untuk memecat pelaku dan mencabut tohonannya.
  21. Dalam hal ini kami menghimbau seluruh jemaat HKBP di mana pun berada untuk segera bertindak, berbuat untuk menegakkan kebenaran dan keadilan Firman Tuhan terhadap kasus yang mengandung unsur kebejatan, dan kejahatan susila. Sebab gereja HKBP bukan gereja yang mempersubur dan mengindahkan perbuatan-perbuatan asusila, tetapi sebagai sumber kebenaran dan penegakkan keadilan. Kami membutuhkan pertolongan seluruh jemaat untuk menerobos kekuasaan tirai besi di HKBP yang selama ini juga memelihara pelaku pelecehan seksual di HKBP dan melindunginya. Hai seluruh jemaat HKBP tolonglah kami, tolonglah para korban, tolonglah semua mahasiswi sekolah bibelvrow, keadaan ini tidak bisa lagi dibiarkan berlama-lama, kita harus bertindak dan berbuat menyelamatkan korban, dan supaya korban tidak semakin berjatuhan lagi akibat ulah para pendeta pelaku pelecehan seksual di HKBP. Hai jemaat tolonglah kami para pendeta yang berjuang untuk mereformasi HKBP agar jangan ada perbuatan-perbuatan bejat di dalam Tubuh Kristus. Sungguh sangat memalukan HKBP saat ini di mata masyarakat dan di mata dunia. Kami berteriak meminta pertolongan seluruh jemaat HKBP, tolonglah kami, kami menjerit meminta pertolongan kepada seluruh jemaat..
  22. Saya dan beberapa orang teman Pendeta yang membuat kronologis kejadian mulai dari masuknya laporan para korban ke sekolah bibelvrow sampai hari ini. Saya adalah Pdt. Dr. Dewi Sri Sinaga dan teman-teman yang terus mendampingi para korban dan seluruh mahasiswi sekolah bibelvrow mulai mereka memanggil saya ke Sinaksak sampai hari ini. Saya dan teman-teman bertanggungjawab menuliskan dan melaporkan semuanya yang terjadi ini. Saya dan teman-teman tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Tuhan Allah Bapa yang Maha Kuasa yaitu Yesus Kristus Tuhan kita. Saya dengan beberapa orang pendeta dan Bibelvrow dan para mahasiswa/i STT HKBP yang terus medampingi adik-adik dari dekat maupun dari jauh, kami benar-benar sangat prihatin dengan keadaan ini. Kami berharap agar seluruh jemaat HKBP memberikan perhatian dan mau berpartisipasi untuk menyelesaikan kasus ini sampai tuntas. Agar HKBP sebagai gereja dan Tubuh Kristus dibersihkan dari kebejatan moral dari para pendeta yang melakukan pelecehan seksual. Demikianlah peristiwa ini diberitahukan kepada seluruh jemaat HKBP, karena tidak adanya tindakan dari ephorus, sekjen dan para kadep, beserta jajaran para praeses HKBP. Sekali lagi kami memohon bantuan dan pertolongan jemaat untuk menyuarakan hal ini dan menolong kami. Mohon maaf jika ada yang salah ketik dan ada kata-kata yang tidak berkenan di dalam tulisan ini.

Kami yang membuat kronologis peristiwa ini: Pdt. Dr. Dewi Sri Sinaga,  Pdt. Anson Roland. Tambunan, STh., MA., Pdt. Andi Lumbangaol, STh., Pdt. Melvin Simanjuntak, STh, Msi., Pdt. Anton Pasaribu STh., para Pendeta dan Bibelvrow yang mendukung diberbagai tempat bersama para mahasiswa/i STT HKBP yang prihatin terhadap korban dan seluruh mahasiswi sekolah Biblevrow di Laguboti.

20 comments on “Yesus yang Menangis. Menangislah juga Pencinta HKBP … (2): Kronologi Kasus Pelecehan Seksual di Sekolah Bibelvrouw HKBP Laguboti

  1. saya merasakan adanya ketidaktulusan dalam memposting (baca: mengumbar) kronologi ini. molo hata batak mandok, “hira na sari, hape…” Eee tahe, nga lam so niantusan be angka jolma on. Lam malo alai lam oto. lam pistar alai lam kasar.

  2. Zaman keterbukaan sekarang, sah-sah saja dengan pendapat masing-masing, pun tentang kronologi ini. Tak perlu percaya 100% dengan postingan ini, sebagaimana aku pun hanya percaya pada Tuhan saja. Sampai hari ini, hanya ini kronologi yang aku terima dan hanya ini pulalah yang bisa aku posting-kan. Ada satu versi yang lain, memang, tapi bahasanya terlalu vulgar … Untuk mengatakan ini tidak-tulus – atau apapun istilahnya – tentu saja terpulang kepada pribadi masing-masing. Aku hanya mencoba menyampaikan apa yang aku rasa memiliki kebenaran (sekecil apa pun itu …).

    Molo taringot tu na malo manang na oto, ndang pola porlu di ahu, ala haserepon ni roha do na tumimbo molo di ahu. Jala ndang pala lomo rohangku manghorongkon jolma marhite tu parbinotoanna …

    Horas jala gabe! Tuhanta ma na umboto na di bagas rohanta be …

  3. Justru itu, saya tidak melihat adanya “haserepon”, baik pada diri orang-orang yang membuat kronologi ini, juga pada diri orang-orang yang–sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja–melibatkan diri dalam menyebarluaskan kronologi ini. Saya tidak sedang membela atau berpihak kepada siapapun dan kepada apapun. Saya tidak setuju, bila hanya dengan alasan zaman keterbukaan, orang lantas bisa memposting apa saja, termasuk “mengumbar” dosa si pendosa. Ini ibarat “melihat selumbar di mata orang lain, sedangkan balok di dalam mata sendiri tidak kita lihat”. Maaf, saya tidak bermaksud menggurui. Tapi menurut saya, menyebarluaskan kronologi(?) ini sangat tidak berfaedah sama sekali. Istilah kaum muslim “lebih banyak mudaratnya daripada berkatnya.”
    Dan lagi, saya pikir, korban dan pelaku (menurut saya kedua-duanya pendosa) butuh pengampunan, butuh pertolongan. Dalam konteks ini, pertolongan apa yang disumbangkan oleh postingan-postingan semacam ini, selain hanya beberan “kelemahan” orang lain?

  4. ternyata orang-orang sekarang bisanya cuma omong-kosong. mau pendeta mau jemaat sama saja! slogan “… berkat engkau, aku diberkati untuk menjadi berkat … ternyata slogan picisan!!!

  5. Saya udah baca, kronologi di atas. Jika benar kejadiannya seperti yg telah diceritakan di atas, maka sangat sedih perasaan saya. Saya mendukung upaya agar keadilan ditegakkan, walau saya satu marga dengan tersangka pelaku. Para pdt yang mengatakan ‘jangan takut mengatakan yg benar, tegakkan keadilan, jujur dan jangan memandang muka’, oleh sebab itu berbahagialah mereka yang dianiaya oleh karena kebenaran. Mari kita ingat, di dunia ini kita bisa menyembunyikan sesuatu tapi mata Tuhan tidak bisa tertipu. Kita bisa menolong korban dengan cara mendoakannya, kalau ada forum di internet utk mendukung korban, saya pasti ikut.

  6. Ketika melihat-lihat majalah di toko buku rohani di Mal Artha Gading kemarin sore, aku melihat satu majalah menjadikan cerita duka ini menjadi “cover story” edisi Maret mereka dengan menghabiskan banyak halaman yang membahas hal yang memalukan ini. Dan salah satu feature yang ditampilkannya adalah kronologi yang seklias sangat mirip dengan postingan ini.

    Di beberapa warga jemaat kami bulan lalu telah mengumpulkan dana sukarela sebagai wujud simpati kepada para korban, yang mana uang yang terkumpul tersebut akan digunakan untuk menutup ongkos pendampingan mereka (para korban) dalam proses hukum. Selain itu, ada beberapa orang juga yang telah menyatakan kesediaannya untuk memberikan kuliah umum kepada siswa Sekolah Bijbelvrouw tersebut selama mereka vakum dalam proses belajar-mengajar. Aku juga sedang menunggu jadual untuk bisa menyampaikan materi pelajaran yang kiranya dapat berguna bagi mereka yang sekarang umumnya merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang seharusnya bisa menggembalakan mereka.

  7. syalom,saya setuju dgn tanggapan hope forever.saya takut jgn2 qta “simpati”,tp krn ada niat2 tertentu.dan dr kronologi di atas,saya merasa lucu aja
    1.org yg “dihipnotis” bisa tau menceritakan semua
    2.ngapain jg minta penguatan k sinaksak?apa ga lbh bgs plg k rmh n minta penguatan ama org tua?
    3.dengar2 ktnya ada jg pimpinan yg dtg k sinaksak wkt itu,ngapain tuhhhh?
    4.hebat jg wartawan ama org tv,tau mau ada demo k kantor pusat hkbp yg notabene ada d huta2,ya?apa org tv punya perwakilan ya di tarutung?

    • Pendeta HKBP memang harus pelu reformasi besar besaran. Rajin kalau di undang yang punya duit, dan banyak KKN dalam penempatan. Kebanyakan pendeta HKBP harus bertobat dulu. Tidak punya niat melayani tapi hanya cari kerja, dan gampang tergoda sibolis sepertti kejadian ini. Mereka hanya berpikir Dunia ini hanya HKBP, padahal kita itu hanya minotitas dan banyak tantangan, sentiment orng orang yang membenci gereja di indonesia, belum lagi generasi muda menjadi malu dan ini banyak digunakan orang lain untuk memperolok mereka. Bagi orang batak yang sadar

  8. Sungguh2 ini kronologis yang TIDAK MASUK AKAL.
    koq dari segitu banyak Bibelvruow yang jadi korban pelecehan, tidak ada yang langsung mengadu ke keluarga masing-masing, sih…

  9. Apapun pendapat dan pandangan anda, itu sah2 saja.. namun hal ini sangat mencoreng Nama Tuhan kta Yesus Kristus, dan itu dilakukan oleh pendeta dari gereja terbesar di Indonesia, HKBP… sungguh sangat disayangkan, gereja kita sudah dipenuhi oleh berbagai macam kebejatan, kemunafikan, kesombongan dan penyalahgunaan kekuasaan… ya Tuhan, bagaimana caranya supaya amang/inang pendeta kami kembali berhati gembala?

    Malu saya membacanya, geram saya menncermatinya, tetapi biarlah hukum negara, aturan dan peraturan serta hukum Tuhan ditegakkan dengan seadil2nya… pendeta bejat harus diproses hukum!

  10. jika memang begitu kejadiannya, sangat menyedihkan. pendeta maupun ephorus atau apapun ia tetap manusia biasa. tdk luput dari dosa. krn semua manusia tidak luput dari dosa. Jika benar kejadian tersebut, hukuman nya selain di copot ke pendetaannya, ia harus dihukum sosial, spt di negeri China, setiap pelaku yg melakukan kejahatan selain dihukum, ia dipertontonkan di depan publik atas kesalahannya. apa di depan jemaat. agar ada efek jera atas perbuataannya. secara agama kita serahkan semua kepada TUHAN atas permasalahan yang terjadi dan secara hukum biar pihak yg berwajib yg menuntaskannya. GBU

  11. Baru sekarang saya mau memberi komentar tentang kasus ini. Saya sangat mengharapkan pihak Kepolisian harus transparan dan tuntas menyelesaikan ini. Sisi lain diharapkan juga Ephorus harus buka bicara dan berikan pidato/sambutan khusus yang dikirim ke seluruh Gereja HKBP di seluruh dunia. Benar tidaknya pendapat itu tentu Ephorus mempertanggungjawabkan kepada seluruh jemaat HKBP,utamanya kepada TUHAN. Dan apabila Ephorus tidak akomodatif pada persoalan ini,jangan pertahankan jabatan dengan tetesan darah,jangan adu domba jemaat. HKBP telah melewati penderitaan dan menjatuhkan martabat HKBP pada peristiwa masa lalu semata-mata kepentingan para pucuk pimpinan HKBP yang tidak mengerti lagi arti kasih.

  12. kronologis tsb bnr dan ini dibuat mreka ktika FOrum SOLIDari korBAN di HKBP lakukan aksi di ktr praeses dist Toba. sy katakan bnr karena sy yg langsung konfirmasi kpd korban dan polres TOBASA. Bahkan ktika aksi kami disambut praeses pdt sibarani, beliau itu mengatakan bhw dia tdk dpt berbuat banyk ttg tuntutan kami ; Aga dilaksanakan rapat pdt di dist toba membahas kasus tsb, sipraeses mengatakan bhwa apa yg kami sampaikan adalah benar dan dia ada dipihak kami agr sama2 menyampaikan hal kasus itu k pimpinan hkbp

  13. Seharusnya pendeta menjadi contoh, buat apa dong ada RPP yang dibuat dengan dasar Alkitab, tapi para petinggi-petingginya tidak bijak & salah melangkah. Sudah terlalu banyak pendeta yang menghakimi jemaat, dan selalu jemaat sdh dianggap salah, padahal belum tentu kebenarannya. Tapi kalu pendeta bermasalah selalu ditutup-tutupi. Itulah uniknya HKBP. Saya termasuk korban ketidakadilan pendeta di HKBP.

  14. Apapun itu kronologi dan komentar semuanya sah-sah saja, ini era keterbukaan.
    Intinya setiap kita harus melihat, mengolah dan mengapresiasinya dengan firman Tuhan.Yesus sendiri justru mendekat kepada ‘mereka’,bagaimana dengan kita?
    Marilah kita mempersiapkan diri dengan menambah iman melalui ‘mereka’ ini, agar mantap dan berhasil.
    Dengan catatan, saya sendiri belum yakin kepada diri saya, apakah saya mampu?
    Roh Kudus ajari saya selalu dengan ‘mereka’ ini.
    Berarti siap diubah, secara perlahan dan berkelanjutan.
    Kalau kita bukan ‘mereka’.
    Amin.

  15. pendeta yang salah dan terbukti lebih baik di pecat dan di penjara,masih ada kesempatan utk bertobat dari pada kita ketemu di neraka nanti malu dong sama saya, penjahat dan pendeta sama2 di neraka. horas

  16. Saya tekankan kepada amang Eporus dan Amang Sekjen buat lah perobahan bahwa Eporus , sekjen dan semua pendeta adalah pelayanan Tuhan bukan untuk dilayani dan saya lihat akhir2 sdh banyak pendeta berkelakuan tidak terpuji atau menjadi pereman maka jemaat HKBP tahun ke tahun berkurang terus bukan bertambah , pendeta saat ini kerjanya hanya mengejar materi aja. GBU

Tinggalkan Balasan ke regar aji Batalkan balasan