Special Edition of The Batak Music in Harmony Concert February 12, 2009 (CD)
Brief Communication, 2009
Sabtu (16 Mei 2009) yang lalu – usai mengambil hasil CT Scan mak Auli dan konsultasi dengan dokter spesialis THT di RSMK Kelapa Gading serta fisioterapi lanjutan untuk syaraf pinggangku yang terjepit – aku dengan Auli anakku dan mamanya makan siang di lapo yang terletak di Jl. Pramuka, Jakarta Timur. Sudah menjelang jam tiga sore, yang artinya sudah sangat lewat dari jam makan siang yang normal. Namun, ternyata parkir di depan beberapa lapo masih dipadati oleh kendaraan yang parkir. Ternyata berita dengan intensitas yang sangat tinggi tentang wabah virus H1N1 alias flu babi tidak menyurutkan penggemar makanan khas Batak untuk menurutkan keinginannya. Sekaligus ini mengkonfirmasi apa yang aku sampaikan sebelumnya ke mak Auli bahwa orang Batak sudah lebih logis dengan memahami bahwa virus tersebut sudah mati jika daging babi tersebut sudah dimasak di atas suhu 80 derajat Celcius. Jadi, kenapa mesti ragu?
Rekaman yang Sudah Lama Aku Cari
Sambil menunggu manuk pinadar dan kawan-kawannya dihidangkan, aku ke depan lapo untuk melihat-lihat kaset dan CD rekaman lagu-lagu Batak dan rohani yang dijajakan (tepatnya: dipamerkan karena tidak seorangpun yang menjagainya …) di depan pintu masuk lapo tadi. Tiba-tiba mataku tertumbuk pada poster sederhana (hasil print-an komputer) bahwa di tempat itu sudah tersedia CD konser The Batak Music in Harmony ini. Waktu cepat berlalu, karena pikiranku segera terbawa saat mengikuti konser yang dilangsungkan pada 12 Februari yang lalu. Menyadari bahwa tidak tersedia pemutar-CD (CD player) dan tape recorder untuk mencoba-pasang (yang sekaligus makin menguatkan “kekurang-seriusan” parlapo dalam menjajakan barang dagangannya tersebut, sehingga memantapkanku untuk membeli CD ini dan mengurungkan niat untuk membeli CD dan kaset lainnya yang menurutkan ada beberapa yang bagus dan layak untuk dikoleksi.
Tapi sudahlah, dengan bayangan dan harapan mendapatkan suguhan yang sama indahnya dengan saat menikmatinya langsung pada konser tersebut (sebagaimana yang sudah aku tulis pada Belajar Dari Konser Musik Batak in Harmony Tadi Malam, dengan sukacita aku membawa dan memasangnya di mobil. Ternyata hanya ada 10 suguhan yang dibuka dengan “theme song” Batak Music in Harmony sebagai overture, lalu irama bossa Basta-basta yang dinyanyikan Mega Sihombing dengan iringan musisi bule Mauro Goia. Permainan gitar Yeppi Pangaribuan yang dijuluki “si jari setan” karena kepiawaiannya memainkan jari jemari membawakan Boan membawaku pada kekaguman saat menyaksikannya di konser tersebut yang seolah-olah jarinya tidak menyentuh grip gitarnya namun menghasilkan irama yang sangat indah. Luar biasa!
Ada beberapa lagu yang dilantunkan pada saat konser yang, jujur saja, belum pernah aku dengar sebelumnya. Salah satunya adalah Dideng yang dibawakan oleh Mega Sihombing dengan sangat mengesankan. Tentang senandung sendu seorang ibu saat meninabobokkan puterinya sambil mencurahkan isi hatinya yang sedang gundah akan suaminya. Ini jugalah “pelipur lara” bagiku saat mengetahui bahwa isi CD rekaman ini adalah para penampil awal di konser tersebut. Jadi, minus Jack Marpaung (dan juniornya …), Victor Hutabarat, dan penampil lain yang memang bagus-bagus.
Satu lagi pelipur lara, yaitu Sada, satu suguhan sentimentil yang mengingatkan kita bahwa hanya ada satu yang mempunyai kemampuan dan kuasa di muka bumi ini. Dengarlah syairnya yang terasa menegur kita semua …
sada na boi pangalu-aluan di tano on,
sada na boi pasalpuhon hadangolon on,
sada na boi pasalpuhon lungun di tano on,
holan sada do tahe na boi patulus tangiang sude anakkon
ndang adong, holan sada do tahe …
Tahu siapa maksudnya, ‘kan?
Alangkah Indahnya …
Pada malam sebelum konser usai, saat itu ada pemberitahuan dari Panitia bahwa sudah tersedia rekamannya adalam bentuk CD. “Bah, hebat juga kerjaan Panitianya, langsung punya rekaman konser malam ini”, celutukku pada kawan yang duduk di sebelahku sambil mencari tahu bagaimana dan di mana mendapatkannya. Namun karena asyik ‘ngobrol dengan kawan-kawan mantan teman kuliah di Medan (memang malam itu sebagai bagian acara kumpul-kumpul komunitas kami) sehingga aku jadi tarlalap dan lupa membelinya malam itu.
Mungkin inilah CD yang dulu aku cari. Karena direkam secara live – dan mungkin dalam suasana hinipu – kualitasnya jauh di bawah produksi studio rekaman. Di mobil, aku harus menggeser volumenya ke angka 23 dari yang biasanya 13 agar aku bisa mendengar suara rekamannya dan membawaku pada kenangan ketika menghadiri konser malam itu. Di rumah, mak Auli juga memberikan komentar yang hampir mirip tentang kualitas rekamannya ketika aku mendengarkannya-ulang dengan menggunakan pemutar yang lain.
Kemasannya yang sangat sederhana juga sayangnya tidak mengesankan sebagai rekaman dari suatu konser bagus yang layak dijadikan barometer musik. Kekuranglengkapan lagu-lagu dengan penampil lainnya – dari berbagai usia dan aliran musik – menjadikannya tidak utuh sebagaimana adanya konser tersebut. Tapi, cukuplah sekadar pengingat bahwa pernah ada konser musik Batak yang bagus sambil berharap adanya konser Batak Music in Harmony berikutnya sebagai penjawab kerinduan akan suguhan pemusik Batak yang masih punya eksistensi di tanah air tercinta. Bagi yang tidak menghadirinya saat itu, boleh jugalah mengoleksi CD ini untuk menikmatinya sambil bersama berharap bisa menikmati konser yang lebih bagus di kemudian hari …